Observasi buka luwur

Observasi buka luwur makam sunan kudus yang saya lakukan kemarin dimana  penelitian buka luwur makam sunan kudus ini menjadi tugas observasi pertama bagi saya di STAIN Kudus. Saya harus meneliti rangkaian acara buka luwur beserta keadaan sekitar menara yang diselenggarakan pada awal bulan muharram sampai tanggal 10. Dalam rangka mencari data, saya bersama teman-teman pergi ke makam sunan kudus untuk mengadakan wawancara dan menyaksikan secara langsung sebagian prosesi buka luwur.
Kamis 23 Oktober 2014 saya bersama rombongan teman-teman satu kelas berziarah ke makam sunan kudus sekaligus bermaksud mengadakan perjanjian dengan juru kunci untuk wawancara. Di perjalanan berangkat, terjadi kecelakaan motor antara teman saya dengan seorang ibu pengendara motor. Selamat, keduanya hanya mengalami luka-luka ringan. Namun sayangnya, sang ibu yang motornya mengalami sedikit kerusakan meminta kami untuk menggantinya. Akhirnya dengan berat hati teman saya memberikan spion motornya kepada ibu tersebut untuk menggantikan spion motor ibu tersebut yang rusak. Sesampainya di menara, kamipun berziarah, kemudian perwakilan dua orang menemui juru kunci untuk berunding soal wawancara. Hasilnya, kami diberi waktu pada tanggal 15 Muharram yang bertepatan dengan hari sabtu 8 November 2014.
Observasi buka luwur

Sabtu 25 Oktober 2014 atau 1 Muharram 1436 kami kembali ke menara untuk mengetahui prosesi buka luwur. Sayang, kami tidak diijinkan masuk, karena pelepasan luwur dilaksanakan dengan tertutup dan hanya boleh dihadiri oleh panitia dan tokoh masyarakat setempat. Kami melihat di sekitar tidak terdapat peningkatan keramaian yang drastis. Pengunjung yang datang maupun penjual di sekitar jumlahnya relatif tetap dengan hari-hari biasa.
Ahad 2 November 2014 atau 9 Muharram 1436 menara ramai sekali. Banyak pangunjung dari berbagai daerah yang datang serta banyak juga pedagang dadakan yang datang untuk menjajakan dagangannya di sana. “Dagang ten mriki nggih saben tahun, pancen ramene niku nak wonten buka luwur ten mriki ngeten kalih dandangan nak arep pasa ngoten niku.” tutur ibu pedagang paruhbaya yang menjual martabak telur yang saya temui di sana. “Tapi kula nembe mulai sabtu wingi dagang ten mriki, wong pancen ramene niku nak menjelang hari terakhir, nggih tiga hari sak derenge puncake niku tanggal 10 muharram.” tambahnya. Jadi para pedagang tersebut setiap tahunnya sengaja datang untuk ikut meramaikan acara buka luwur ini, terutama tiga hari sebelum acara puncak pada 10 Muharram. Di sana juga saya temui banyak rombongan dari majlis-majlis taklim yang sengaja berkunjung untuk mengikuti pengajian santunan anak yatim pada malam harinya.
Jumat 7 November 2014 atau 14 Muharram 1436  pukul 09.00 sampai 10.30 WIB kami mengadakan wawancara kepada panitia pelaksana buka luwur tahun ini. Kami datang ke kantor yang telah dijanjikan sebelumnya. Dari kelompok saya diwakili oleh saya dan Ali Islami untuk interview dengan narasumber Bapak Deni Nur Hakim. Hari itu saya bersemangat sekali untuk wawancara, karena sebenarnya hasil wawancara ini merupakan berita yang sangat diharapkan sebagai sumber data utama dalam menyusan laporan kami. Bertemu Bapak Deni, beramah tamah sebelumnya, menjaga etika, dan bertindak penuh dengan kesopanan demi mendapatkan berita itu. Satu per satu pertanyaan telah dilontarkan. Namun keheranan saya mulai menyeruak. Tidak satupun pertanyaan kami dijawab, tetapi ia hanya maminta pertanyaan lagi dan lagi. Saat pertanyaan yang kami ajukan telah terucap semua, pak deni justru malah menanyai kami sabarapa jauh pengatahuan kami buka luwur. Kami lontarkan beberapa kalimat sejauh pengetahuan kami. Ia mengkritik kami tentang pengetahuan kami yang sangat minim akan buka luwur, tak luput iapun menyalahkan kami. Disinilah keengganan saya mulai terbentuk. Setelah puas “mengata-ngatai” kami iapun mulai bercerita. Dari ceritanya, saya hanya bisa menangkap kalimat-kalimat pentingnya sebanyak satu halaman buku tulis. Tak satupun pertanyaan yang mengenai makna prosesi dijawabnya. Katanya, “orang yang bertanya dan membicarakan makna dari sesuatu adalah orang yang kurang kerjaan”. Ah, saya mulai kepingin keluar dan enyah dengan cepat. Tapi di sisi lain, saya masih bingung betapa data yang saya peroleh sangat belum mencukupi. Tetapi ya sudahlah memang seginilah hasil wawancara yang kami peroleh. Kami akan berusaha mencari sumber lain supaya melengkapi laporan kami.
Observasi buka luwur Sunan Kudus diatas hanya sedikit saja menurut saya dan apabila ada yang salah dan keliru mohon bisa menaruh komentar dibawah.

Popular Posts

Follow Me