Kisah muncul dari seorang santri baru tiga tahun mondok
dirumah pak kiyai yang ingin mempersunting istri pak kiyai, “mohon maaf beribu
maaf pak kiyai, saya...............”. sepertinya santri itu ragu untuk meneruskan pernyataan yang
konyol itu, jantungnya pun berdegup kencang, satu dua hingga tiga keringa tak
mampu ia tahan sehingg keringat berkucuran muncul di kening santri. Akan tetapi
luapan rasa yang berada di dadanya kian menyiksa, batinnya kian meronta tak
dapat ditahan lagi, harus dikeluarkan saat ini juga. Perasaan pasrah pun
bermunculan, andaikan seusai berucap demikian ia dilemparkan kekandang hewan
buas semisal singa,ataupun dikutuk menjadi monyet, asalkan beban yang kian
mendera didalam hatinya itu enyah dari hatinya.
Pak kiyai yang sedari tadi melihat, dan mengamati sikap dan
wajah santri yang aneh, mafhum beliau karena sudah terbiasa menemui wajah
santri yang gugup saat berbicara dengan yai. Kemudian pak yai berkata dengan
nada yang lunak “ ada apa cah......?
Mendengar ujar pak kiyai yang halus dan datar, memberikan
semangat dan motivasi untuknya supaya melanjutka kata-katanya itu, kemudian
dikumpulkanlah nyali – nyali yang berserakan itu, lalu keluarlah kalimat ucapan
yang muncul dari mulutnya yang konyol “ sekali lagi ngapunten pak yai,
saya..... kepincut / suka bu Nyai, istri pak yai “
Ploong, lega...... usai kalimat konyolnya terucap, tiba-tiba
santri itu merasa beban ditubuhnya ringan seperti kapas, sambil menunggu respon
pak kiyai atas ucapan konyol itu, si santri kembali lagi berpikiran kemurkaan
pak kiyai dan berganti berfikir bahwa bakalan ada siksaan yang mengerikan yang
diperuntukkan si santri, tapi hatinya tersenyum lebar.
Akan tetapi santri konyol itu kecele, santri itu salah
tebak, pak kiyai bukannya murka terhadapnya, justru pak kiyai malahan tertawa
terkekeh geli, ada apakah ini ? apakah berarti pak kiyai setuju dan merelakan
istri pak kiyai yang cantik nan rupawan untuk aku yang malang ini? Oh bahagia
sekali aki ini , pikir santri konyol.
“ bocah, ,,,, kau boleh memiliki istriku namun dengan satu
syarat, syaratnya gampang sekali “ pernyataan pak kiyai sangat mengejutkan si
santri, dan harapan cemas seraya kembali bertanya “ maaf pak kiyai, kiraya
apakah syarat yang harus saya lakukan supaya saya mendapatkan bu nyai?”
Gampang, kau tidak akan aku suruh untuk membuat candi ataupu
sumur, namun hanya cukup lakukanlah lima waktu berjama’ah selam 40 hari, ingat
!!! berjamaah, kemudian datanglah kemari dan jemputlah istriku. Tandas pak
kiyai
“Cuma itu pak kiyai....?
“ iya cah “. Jawab dengan intonasi yang meyakinkan.
Lantas setelah menghadap pak kiyai, santri konyol itu mulai
tersenyum lebar-lebar atas penantian dan
ijin yang diberikan pak kiyai, kebahagiaan santri itu tak tertandingi, bahkan
dia bisa bersiul-siul riang. Dengan penuh hati dia menjalankan syarat yang
diberikan pak kiyai, Ah.... syarat itu terlalu ringan bagiku, Cuma solat
berjamaah aja kok susah,
Kini bocah santri konyol itu sangat merindukan adzan untuk
melaksanakan sholat berjamaah, suatu ketika ia tidak sabar untuk menunggu suara
adzan, terbayang-bayang lah wajah bu Nyai yang tersenyum cantik sehingga mampu
menuntun langkah kakinya untuk menuju baitullah atau rumah Allah alias masjid,
sesampainya dihalaman masjid, terlihat sampah-sampah yang berserakan dihalaman
masjid, kembali terbayang wajah bu Nyai yang tersenyum manis untuknya dan mata
bu Nyai mengerling genit mengarahkan langkah kakinya menuju sudut bangunan yang
terdapat sapu untuk menyapu halaman, ia pungut satu persatu sampah yang selama
ini diluputkan olehnya, perlahan ia menyapu halaman masjid.
Setelah menyapu,tapi waktu subuh belum kunjung tiba, ia
amati seluruh ruangan di masjid terlihat Al-qur’an merana diatas lemari sudut
ruangan, kemudian ia memutuskan untuk mengambil dan membacanya. Tak terasa
selembar demi lembar halaman demi halaman telah ia baca dan waktu subuh pun
datang. Rupanya semalaman santri konyol itu tidak tidur.
Ya seperti itulah nasib bocah konyol menjalani hari harinya
menjadi orang yang pertama masuk masjid, bahkan biasanya ia tidak tidur malam
hanya untuk menunggu kedatangan adzan subuh untuk berjamaah. Tanpa terasa ia
sudah melaksanakan sholat jamaah genap 40 hari, lantas datanglah santri konyol
itu ke hadapan pak kiyai untuk menagih janji yang diberikan. Akan tetapi hati
kecilnya berbisik, tidak mungkin, tak mungkin aku lakukan hal itu, jika hal itu
aku kerjakan maka aku akan membunuh kebahagiaanku, pusing...... hari-hariku
selama ini menjadi sangat berarti karena menanti sholat berjamaah, menanti
dalam penantian itu memang sangat menarik, dan kebahagiaan itu tidak mungkin
akan aku dapatkan setelah nantinya aku mempersunting istri pak kiyai. Bisikan-bisikan
kecil itu kini berubah menjadi teriakan, kemudian ia datangi lpak kiyai sambil
menangis tersuruk-suruk dan memegan lutuk pak yai.
“ maafkan aku ak kiyai, ampuni muridmu ini”
“ hee... kenapa kamu bocah,? Bukannya kamu kesini untuk
menjemput istriku untuk kau persunting bukan? Ujar pak kiyai
“tidak pak yai, maafkan muridmu ini, setelah menjalani
syarat yang pak yai perintahkan untuk selalu sholat berjamaah, sekarang
kesadaran yang saya dapatkan, dengan media sholat berjamaah, saya bisa belajar
mengendalikan emosi, hawa nafsu dan sifat egois. Tidak semata-mata saya sujud
bila imam sholat belum sujud, termasuk pelajaran untuk berfikir, menginginkan
sesuatu yang bukan hak saya, maafkan saya pak kiyai”
Sang kiyai pun tersenyum dan berkata dengan ramah dan santun
“ bangunlah muridku, kini kau telah menemukan betapa pentingnya sholat jamaah
dan menemukan sejatinya sholat, sholat yang baik itu sholat yang berfungsi
tanhaa ‘anil fahsya’ wal munkar. Dan untuk mencapai kesempurnaan sholat itu
dengan berjamaah.
Itulah sedikit cerita yang menarik dan lucu, jangan dilihak
lucunya tapi lihat dan ambillah hikamah yang terkandung dalam cerita tersebut
bahwa shalat yang sempurna itu bisa mencegah fahsya’ dan mungkar, dan sholat
yang sempurna itu sholat yang berjamaah.